Home »
Seputar Indonesia
» Kenaikan harga kedelai tidak pengaruhi penjualan tempe
0 Kenaikan harga kedelai tidak pengaruhi penjualan tempe
Mataram (ANTARA News) - Kenaikan harga kedelai akhir-akhir ini tidak mempengaruhi harga penjualan tempe di Kabupaten Lombok Timur, NTB selama bulan suci Ramadan 1433 Hijriyah masyarakat tetap mengonsumsi tempe untuk disajikan sebagai menu berbuka puasa maupun makan sahur.
"Naiknya harga kedelai tidak berpengaruh signifikan terhadap penjualan tempe kepada masyarakat. Setiap hari tempe yang saya jual selalu habis," Inaq Muludin, salag seorang penjual tempe di pasar Pancor, Kamis.
Ia mengaku melihat siaran televisi mengenai aksi mogok yang dilakukan para pedagang tempe di Pulau Jawa, sehubungan dengan tingginya harga kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe tersebut.
Namun, katanya, tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap penjualan tempe setiap hari di pasar Pancor, karena tetap banyak masyarakat yang membeli kendati harganya cukup mahal.
"Kami membeli dengan harga Rp10.000 untuk tujuh bungkus plastik, kemudian kami menjual kepada para pembeli seharga Rp2.000 per bungkus. Kami tetap menjual tempe di pasar Pancor setiap hari, meski di daerah lainnya mogok berjualan karena harga bahan baku tempe mengalami kenaikan," katanya.
Pengakuan serupa juga disampaikan para pedagang tempe lainnya di pasar Pancor. Mereka tetap menjual tempe dan masih tetap laris terutama selama bulan suci Ramadan kendati harganya lebih mahal.
Seksi Pengadaan dan Peyaluran Bidang Perdagangan Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan Perdagangan (ESDMPP) Lombok Timur Wasilun mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan tempe di pasar tradisional di daerah itu.
"Para pedagang tempe di Lombok Timur tetap menjual tempe setiap hari di pasaran. Tidak ada yang pedagang yang mogok berjualan tempe, seperti para pedagang tempe yang ada di Pulau Jawa, karena para produsen tidak mampu memproduksi tempe akibat naiknya harga bahan baku utama pembuatan tempe," katanya.
Ini disebabkan para pengusaha tempe yang ada di Pulau Jawa masih tergantung dengan kedelai impor, sedangkan di Lombok Timur tetap menggunakan kedelai lokal.
"Memang untuk kedelai super mengalami kenaikan dari Rp10.000 per kilogram menjadi Rp 12.000 per kilogram, sehingga harga tempe di pasar naik dari Rp9000 menjadi Rp10.000 per kilogram," kata Wasilun.
Sumber : Antara News
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website
Posting Komentar